Thursday, January 31, 2013

Siswa Dengan Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus (ABK) berproses dan tumbuh, tidak dengan modal fisik yang wajar, karenanya sangat wajar jika mereka terkadang cenderung memiliki sikap defensif (menghindar), rendah diri, atau mungkin agresif, dan memiliki semangat belajar yang lemah.

 Ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa, ada satu istilah yang berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan kependekan dari diference ability.

Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya.
The National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) mengemukakan bahwa “children with special needs or special needs children refer to children who have disabilities or who are at risk of developing disabilities”.

Memahami anak berkebutuhan khusus berarti melihat perbedaan individu, baik perbedaan antar individu (interindividual) yaitu membandingkan individu dengan individu lain baik perbedaan fisik, emosi maupun intelektual, dan perbedaan antar potensi yang ada pada individu  itu sendiri (intraindividual).

Learning Disabilities (LD) adalah gangguan neurologis yang menyebabkan anak mengalami kesulitan didalam memperoleh keterampilan akademik dan keterampilan sosial. LD bukan sekedar kesulitan didalam belajar namun merupakan gangguan neurologis yang mempengaruhi kemampuan otak untuk menerima, memproses, menyimpan dan merespon informasi. Mereka melihat, mendengar dan mengerti dengan cara yang berbeda. Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai kelainan seperti; tidak ada kemauan yang keras, tidak dapat memberikan perhatian lebih atau tidak dapat meningkatkan motivasi untuk dirinya sendiri. Mereka memerlukan pertolongan untuk mengerti bagaimana mengerjakan segala sesuatunya.

Tujuan dari dari pendidikan inklusi bagi anak gangguan pendengaran ini antara lain:
Adanya kebutuhan untuk bersosialisasi dan berintegrasi dengan anak sebaya di sekolah maupun di dalam lingkungan rumah
  1. Adanya optimisme keluar dari problem komunikasi bagi anak gangguan mendengar, dengan penyelenggaraan pendidikan yang lebih baik.
  2. Penghayatan dan menumbuhkan rasa empati dari kalangan anak normal terhadap anak berkebutuhan khusus.
  3. Penanganan Anak Gangguan Pendengaran.
  4. Pemberian Intervensi dini/awal yaitu memberikan layanan deteksi dini, diagnosa, konsultasi, fasilitator dan penyediaan Alat Bantu Dengar dan Implant Coachlea, perawatan dan servisnya.
  5. Program habilitasi dengan menitikberatkan pada perbaikan cara komunikasi anak dengan menggunakan pendengaran sebagai titik tolak dalam berinteraksi dengan lingkungan luar anak
  6. Program pelayanan pendidikan terpadu, memberikan penyetaraan pada sekolah khusus untuk dipersiapkan pada jalur pendidikan reguler.
  7. Memberikan assesment awal pada anak yang telah masuk pada sekolah regular dengan pendampingan sebagai guru kunjung.


  

No comments:

Post a Comment