Thursday, January 31, 2013

Perkembangan Kepribadian, Sosial dan Emosi

 Perkembangan pendidikan di Indonesia tidak lepas dari topik utama obyek pendidikan, yaitu peserta didik. Peserta didik yang merupakan anak-anak bangsa yang pada saat berikutnya menjadi penentu perkembangan dan kemajuan bangsa harus mendapatkan porsi pendidikan yang cocok berdasarkan fase atau masa perkembangannya. Perkembangan anak tidak hanya pada perkembangan intelektual tetapi juga perkembangan kepribadian.

Teori Bronfenbrenner 
Teori ini menerangkan interaksi antara anak dengan lingkungan sosialnya akan mempengaruhi emosional anak, dan lingkungan sosialnya harus bisa menjadi contoh yang baik pada anak
5 sistem lingkungan (teori lingkungan) Bronfenbrenner:
  1. Mikrosistem, adalah yang paling dekat dengan pribadi anak. 
  2.  Mesosistem, adalah interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau beberapa konteks. 
  3.  Ekosistem, dilibatkan ketika pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain – dimana individu tidak memiliki peran yang aktif – mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks yang dekat.    
  4.  Makrosistem, meliputi kebudayaan dimana individu hidup.
  5.  Kronosistem, meliputi pemulaan peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan sosiohistoris.
Teori Erik Erikson 
 Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas.Tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia meliputi: 
  1. Kepercayaan vs Kecurigaan, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun.  
  2. Otonomi vs Perasaan malu dan ragu-ragu, yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun.  
  3.   Inisiatif vs Kesalahan, Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun. 
  4. Kerajinan vs Inferioritas, terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun.  
  5. Identitas dan Kerancuan Identitas, dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. 
  6.  Keintiman vs Isolasi, pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri. 
  7. Generativitas vs Stagnasi, berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. 
  8.  Integritas vs Keputusasaan, berusia sekitar 60 atau 65 ke atas.
Teori Kohlberg (Perkembangan Moral)
Dalam teorinya, kohlberg mengungkapkan bahwa terdapat 3 tahap perkembangan nalar anak, diantaranya? 
  1. Tingkat Satu: Penalaran Prakonvensional, Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral- penalaran moral yang dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal. 
  2. Tingkat Dua: Penalaran Konvensional, merupakan suatu tingkat internalisasi individual menengah dimana seseorang tersebut menaati stándar-stándar (Internal) tertentu, tetapi mereka tidak menaati stándar-stándar orang lain (eksternal) seperti orang tua atau aturan-aturan masyarakat. 
  3. Tingkat Tiga: Penalaran Pascakonvensional, Suatu pemikiran tingkat tinggi dimana moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode.
Teori Piaget (Perkembangan Moral)   
 Heteronimus, anak menganggap keadilan dan aturan sebagai sifat-sifat dunia yang tidak berubah dan lepas dari kendali manusia, terjadi pada anak usia 4-7 tahun. Moralitas otonimus, anak sudah menyadari bahwa hukum dan aturan-aturan itu diciptakan oleh manusia bahwa menilai tindakan seseorang harus mempertimbangkan maksud si pelaku dan akibatnya. Anak mengalami fase ini pada usia 7-10 tahun.

Self Concept (Konsep Diri) 
Konsep diri merupakan hal yang kompleks dan abstrak, tidak dapat diraba dan tidak terwujud.·         Konsep seseorang sebagai orang yang berbeda dengan orang lain dan objek sekitarnya, terpisah dari orang lain dan objek tetapi merupakan manusia yang utuh.

Self-Esteem 
Self-esteem merupakan bagian dari self-conceptSelf-esteem digunakan para ahli untuk menandakan bagaimana seseorang mengevaluasi dirinya. Evaluasi ini akan memperlihatkan bagaimana penilaian individu tentang penghargaan dirinya, percaya akan kemampuan dirinya, adanya pengakuan (penerimaan). 
  1. Ketika seorang anak melewati salah satu tahap tersebut, akan terjadi perkembangan yang kurang utuh, bahkan ada sebuah contoh kasus seorang anak yang terlalu cepat perkembangan fisiknya, pada akhirnya terjadi kelampatan dari perkembangan kecerdasannya, dampaknya anak harus merekonstruksi ulang tahapan yang pernah ia lewati. Jadi kesimpulan yang bisa kami ambil dari pertanyaan ini adalah bahwa seorang anak baiknya melewati tiap tahap demi tahap perkembangan yang ada agar perkembangan fisik dan kecerdasannya berkembang sesuang dengan bertambahnya usia anak (sesuai perkembangannya). 
  2. Dalam perkembangan anak dikenal 3 fase:     Fase oral (dimana anak sering menggunakan mulutnya untuk meraba atau merasakan sesuatu)      Fase anal (dimana anak mulai berkembang sistem ekskresinya)      Fase genital (dimana anak pada fase ini sering meraba atau memegang alat-alat vitalnya). 
  3. Tahap generatif adalah tahap perkembangan ini seseorang memiliki dorongan dalam dirinya untuk menurunkan nilai-nilai, sikap-sikap, dan perilaku baik kepada generasi penerusnya. Seseorang yang tidak mampu menerapkan tahap ini akan mengalami kondisi stagnan, dimana orang tersebut tidak mampu memberikan warisan nilai atau sikap apapun kepada generasi penerusnya. 
  4. Kepercayaan atau kecurigaan kemampuan kognitif anak belum perkembang, karena pada tahap ini anak baru mulai mengenal, mencari sosok dimana ia merasa nyaman, mencari sosok yang membuatnya percaya, sehingga muncul rasa nyaman, percaya dari diri sang banyi ini. (usia 0-1 tahun atau sampai 1,5 tahun).  Namun usaha orang tua dalam merangrasang kemampuan berfikir anak dapat dilakukan dengan hal-hal yang sifatnya audio, atau visual.

Keluarga merupakan media yang paling penting, dalam proses sosialisasi. Keluarga merupakan tempat pertama kali ( secara umum ) manusia mengenal lingkungan sosialnya. Ketia sang anak dilahirkan, tumbuh berkembang lahir dan rohaninya , maka keluargalah yang pertama kali dikenalnya. Keluarga inti yang terdiri dari orang tua dan anak ,melakukan kontak primer, mereka saling berinteraksi, saling memberikan aksi dan respon sosialnya. Dari keluarga itulah anak akan menerima system nilai, aturan, kaidah, kebiasaan, norma dan kebudayaan dimana mereka tinggal. Anak akan mengamati, anak akan meniru, anak akan memperhatikan apa yang dikatakan, dilakukan dan diperbuat oleh orang tuanya.

No comments:

Post a Comment