Manusia diciptakan dan dilengkapi dengan kecerdasan yang memiliki kemampuan luar biasa, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain dan kecerdasan sebagai suatu kemampuan ini pulalah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya dimuka bumi ini.
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”.
Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Teori ini bertujuan untuk mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang.
Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan sebagai berikut:
- Kecerdasan matematika-logika, menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir.
- Kecerdasan bahasa, menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya.
- Kecerdasan musikal, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama.
- Kecerdasan kinestetik, menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.
- Kecerdasan interpersonal, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain.
- Kecerdasan intrapersonal, Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri.
- Kecerdasan naturalis, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam.
- Kecerdasan eksistensial agama, pemahaman yang baik akan hubungan vertikal, yang teraplikasikan dalam hubungan horisontal.
- Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya.
- Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan.
- Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya.
Dua
dikitotomi gaya yang paling banyak didiskusikan dalam wacana tentang
pembelajaran adalah:
- Gaya implusif/reflektif, yakni murid cenderung bertindak cepat dan imlupsif atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan suatu kurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1995).
- Gaya Mendalam/Mendangkal, Maksudnya adalah sejauh mana murid mempelajari materi belajar dengan satu cara yang membantu mereka untuk memamahami makna materi tersebut atau sekedar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari. (Marton, Hounsell, & Entwistle,1984).
Gender
adalah dimensi sosiokultural dan psikologis dari pria dan wanita. Istilah
gender dibedakan dari istilah jenis kelamin. Jenis kelamin berhubungan dengan
dimensi biologis dari pria dan wanita.
Pandangan Terhadap Perkembangan Gender:
Pandangan Terhadap Perkembangan Gender:
- Pandangan Biologis, Pasangan kromosom ke 23 dalam diri manusia (kromosom jenis kelamin) merupakan penentu apakah fetus (janin) itu akan menjadi wanita (XX) ataukah pria (XY).
- Pandangan Sosialisasi, Baik itu teori psikoanalitik maupun kognitif sosial mendeskripsikan pengalaman sosial yang mempengaruhi perkembangan gender anak.
- Pandangan kognitif, Pendangan ini berpendapat bahwa perkembangan bahwa perkembangan gender melalui cara sebagai berikut: “saya gadis, saya ingin melakukan hal-hal yang dilakukan gadis. Karena itu, kesempatan melakukan kegiatan gadis sangatlah menyenangkan.
Keragaman
siswa merupakan rupa-rupa siswa yang dibentuk oleh pribadi dan lingkungan
sekolah. Yang sering membedakan satu siswa dengan siswa lainnya adalah kelas
social yang didefinisikan sebagai status sosioekonomi berdasar penghasilan,
pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Cara menyikapai keberagaman siswa
dalam kelas bias dilakukan dengan cara, saling ketergantungan positif didorong
yang berarti bahwa setiap orang dalam kelompok harus membantu yang lain untuk
mengatasi masalah dan menyelesaikan tugas. Ini tidak harus, bagaimanapun,
mengurangi akuntabilitas individu. Setiap orang dalam kelompok diberikan sebuah
tugas khusus untuk menyelesaikan dalam rangka untuk mencapai tujuan, sehingga
jika ada satu orang dalam kelompok tidak memberikan kontribusi, tugas tidak
dapat diselesaikan. Dari perspektif ini penting untuk mengajarkan siswa keterampilan
pengambilan keputusan, kepemimpinan, komunikasi yang baik dan manajemen
konflik. Konflik dapat konstruktif jika itu mendorong peserta didik untuk
berkumpul kembali dan menemukan informasi yang lebih pasti, bisa merusak jika
peserta didik tidak bersedia untuk mengubah pendapat mereka mengenai suatu hal.
No comments:
Post a Comment